Kasus Penyerangan Polsek, Setara Usulkan Peradilan Koneksitas Untuk Anggota TNI

Setara Institute mendorong TNI dan Polri untuk mempertimbangkan penyelenggaraan peradilan koneksitas untuk mengadili anggota TNI yang terlibat dalam perusakan Polsek Ciracas dan Polsek Pasar Rebo Jakarta Timur. Sasmito Madrim menyampaikan laporannya dari Jakarta.

Setara Institute mendorong TNI dan Polri untuk mempertimbangkan penyelenggaraan peradilan koneksitas untuk mengadili anggota TNI yang terlibat dalam perusakan Polsek Ciracas dan Polsek Pasar Rebo Jakarta Timur. Sasmito Madrim menyampaikan laporannya dari Jakarta.

Indonesia Sesalkan Kegagalan Dewan Keamanan PBB Loloskan Resolusi Penanganan Terorisme

Indonesia menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan PBB meloloskan resolusi soal penanganan terorisme secara komprehensif dan berkesinambungan. Hal ini dikarenakan Amerika memveto rancangan resolusi tersebut.

Indonesia menyesalkan kegagalan Dewan Keamanan PBB meloloskan resolusi soal penanganan terorisme secara komprehensif dan berkesinambungan. Hal ini dikarenakan Amerika memveto rancangan resolusi tersebut.

Film ‘The Courier’ dan ‘Dr. Strange 2’ Tampilkan Aktor Inggris Benedict Cumberbatch

Aktor Inggris Benedict Cumberbatch berbicara tentang film barunya, “The Courier”, di mana ia berperan sebagai mata-mata, dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press, Rabu (17/3). Dalam kesempatan itu, ia juga memberi informasi baru tentang filmnya yang lain, sekuel kedua Dr. Strange.

Benedict Cumberbatch mengatakan filmnya yang baru saja dirilis, “The Courier” menunjukkan bahwa siapa pun bisa menjadi pahlawan.

“Saya tidak tahu tentang cerita ini, tetapi daya tariknya adalah bagaimana setiap orang berubah menjadi pahlawan. Bagaimana orang biasa melakukan sesuatu yang sangat luar biasa. Bagaimana dia diminta, dibujuk, dirayu dan, pada satu sisi, umumnya diperas, tetapi kemudian tampil membela negara, juga keamanan keluarganya dan keamanan dunia, melakukan sesuatu yang belum pernah dia lakukan,” jelasnya.

Film itu diangkat dari kisah nyata seorang pengusaha Inggris, yang tanpa sadar direkrut masuk salah satu konflik internasional yang paling signifikan dalam sejarah. Ia berteman dengan seorang perwira Soviet yang berharap dapat mencegah perang nuklir antara Amerika dan Rusia dengan memberi informasi intelijen penting yang digunakan untuk meredakan Krisis Rudal Kuba.

“Untuk kemudian diminta mempertaruhkan segalanya demi sesuatu yang tidak ada urusannya dengan dia, sungguh, luar biasa. Menurut saya, itulah yang menarik secara universal tentang jenis cerita yang melampaui genre film mata-mata,” komentar Cumberbatch.

Dalam wawancara dengan Associated Press, walaupun enggan, Cumberbatch juga memberi sedikit bocoran tentang sekuel kedua filmnya yang lain, Dr. Strange, “Doctor Strange in the Multiverse of Madness.”

“Saya membuka mulut dan segala macam masalah bisa terjadi, padahal, ya, biasanya saya cukup baik dalam menyimpan rahasia. Tetapi, yang bisa saya informasikan adalah syuting film itu telah dilakukan sejak sebelum Natal lalu dan itu hal yang menantang dalam masa pandemi karena, saya yakin kalian tahu dari produksi lain dan kehidupan secara umum,” paparnya.

“Tetapi, sungguh menakjubkan, upaya yang rela dilakukan orang untuk tetap aman, pengorbanan yang mereka lakukan untuk membuat syuting berjalan lancar dan juga menyiapkan kru dan pemain. Dan, ya, film itu akan berhasil. Menyenangkan bekerja dengan Sam (Raimi). Dia mempunyai energi dan humor yang luar biasa. Jadi, kami bersenang-senang. Saya berharap filmnya bagus karena kami jelas senang dalam memproduksinya,” imbuh Cumberbatch.

Film “The Courier” diputar secara terbatas mulai 19 Maret. [ka/ab]

Aktor Inggris Benedict Cumberbatch berbicara tentang film barunya, “The Courier”, di mana ia berperan sebagai mata-mata, dalam wawancara dengan kantor berita Associated Press, Rabu (17/3). Dalam kesempatan itu, ia juga memberi informasi baru tentang filmnya yang lain, sekuel kedua Dr. Strange.

Benedict Cumberbatch mengatakan filmnya yang baru saja dirilis, “The Courier” menunjukkan bahwa siapa pun bisa menjadi pahlawan.

“Saya tidak tahu tentang cerita ini, tetapi daya tariknya adalah bagaimana setiap orang berubah menjadi pahlawan. Bagaimana orang biasa melakukan sesuatu yang sangat luar biasa. Bagaimana dia diminta, dibujuk, dirayu dan, pada satu sisi, umumnya diperas, tetapi kemudian tampil membela negara, juga keamanan keluarganya dan keamanan dunia, melakukan sesuatu yang belum pernah dia lakukan,” jelasnya.

Film itu diangkat dari kisah nyata seorang pengusaha Inggris, yang tanpa sadar direkrut masuk salah satu konflik internasional yang paling signifikan dalam sejarah. Ia berteman dengan seorang perwira Soviet yang berharap dapat mencegah perang nuklir antara Amerika dan Rusia dengan memberi informasi intelijen penting yang digunakan untuk meredakan Krisis Rudal Kuba.

“Untuk kemudian diminta mempertaruhkan segalanya demi sesuatu yang tidak ada urusannya dengan dia, sungguh, luar biasa. Menurut saya, itulah yang menarik secara universal tentang jenis cerita yang melampaui genre film mata-mata,” komentar Cumberbatch.

Dalam wawancara dengan Associated Press, walaupun enggan, Cumberbatch juga memberi sedikit bocoran tentang sekuel kedua filmnya yang lain, Dr. Strange, “Doctor Strange in the Multiverse of Madness.”

“Saya membuka mulut dan segala macam masalah bisa terjadi, padahal, ya, biasanya saya cukup baik dalam menyimpan rahasia. Tetapi, yang bisa saya informasikan adalah syuting film itu telah dilakukan sejak sebelum Natal lalu dan itu hal yang menantang dalam masa pandemi karena, saya yakin kalian tahu dari produksi lain dan kehidupan secara umum,” paparnya.

“Tetapi, sungguh menakjubkan, upaya yang rela dilakukan orang untuk tetap aman, pengorbanan yang mereka lakukan untuk membuat syuting berjalan lancar dan juga menyiapkan kru dan pemain. Dan, ya, film itu akan berhasil. Menyenangkan bekerja dengan Sam (Raimi). Dia mempunyai energi dan humor yang luar biasa. Jadi, kami bersenang-senang. Saya berharap filmnya bagus karena kami jelas senang dalam memproduksinya,” imbuh Cumberbatch.

Film “The Courier” diputar secara terbatas mulai 19 Maret. [ka/ab]

Jokowi Putuskan Vaksin Booster COVID-19 Diberikan Gratis 

Pemerintah akhirnya akan memberikan vaksin penguat atau booster COVID-19 secara gratis kepada seluruh masyarakat. Sebelumnya, muncul wacana vaksinasi booster COVID-19 secara berbayar bagi kelompok masyarakat yang mampu.  

Pemerintah akhirnya akan memberikan vaksin penguat atau booster COVID-19 secara gratis kepada seluruh masyarakat. Sebelumnya, muncul wacana vaksinasi booster COVID-19 secara berbayar bagi kelompok masyarakat yang mampu.  

Mimpi Jadi Pemain Sepak Bola Profesional, Sukses Jadi Pengusaha di AS

Seorang mantan pemain sepak bola terkenal Indonesia mengejar mimpi menjadi pemain profesional, tidak hanya di tanah air tapi juga di Amerika Serikat. Namun, nasib berkata lain. Ia malah sukses jadi pengusaha kuliner di negeri Paman Sam dan bahkan mendapat penghargaan bergengsi untuk orang-orang muda berprestasi yang disebut “40 under 40”.

Sekitar 15 tahun lalu, ketika mendengar Cornelius Dipo Alam, orang selalu mengaitkannya dengan pemain sepak bola muda asal Jakarta yang hijrah ke Amerika Serikat untuk bersekolah, meningkatkan keahliannya memainkan si bundar, dan berambisi menjadi anggota tim nasional sepak bola Indonesia yang berlaga di ajang-ajang internasional.

Kini, nama Dipo (33), lebih erat kaitannya dengan pebisnis waralaba kuliner asal Indonesia yang sukses di Amerika. Ia memiliki lebih dari 40 gerai kuliner di tujuh negara bagian di Amerika, namun tetap memiliki perhatian khusus pada perkembangan dunia sepakbola.

Jejak Dipo di dunia sepak bola sudah lama mengundang decak kagum. Setelah terpilih mewakili Tim DKI Jakarta di kompetisi Liga Bogasari untuk usia di bawah 15 tahun, ia kembali ditunjuk mewakili kesebelasan DKI Jakarta untuk tampil di Liga Suratin di bawah usia 18 tahun. Sampai akhirnya ia terpilih masuk ke dalam Indonesian Football Academy, sekolah khusus dengan seleksi ketat yang melatih para pemain sepak bola muda berbakat.

Untuk meningkatkan karirnya, Dipo sempat pergi ke Belanda dan berlatih dengan sebuah klub sepak bola setempat di Heemstede, Belanda. Karena ingin meneruskan pendidikan sementara tidak ingin mematikan karir sepakbolanya, ia pun hijrah ke Amerika. Dipo pun sempat bergabung dengan Chivas USA, Turbo FC, LA Legends, LA Blues, dan Deportivo Knights.

Karena begitu berprestasinya, di usia 23 tahun, pada tahun 2012, ia sempat dipanggil pulang ke Indonesia oleh PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) untuk memperkuat tim nasional. Karena syarat menjadi anggota timnas, adalah bergabung dengan salah satu klub sepakbola, ia pun sempat melakukan trial dengan Persebaya (Surabaya), Sriwijaya (Palembang), Arema (Malang), dan Persijap (Jepara).

Mengapa Dipo meninggalkan dunia sepak bola? Alasannya, sederhana, karena pada 2015 Indonesia mendapat sanksi dari Federasi Sepak Bola Internasioal (FIFA) yang membuat tim nasional Indonesia dan seluruh klub asal tanah air tidak bisa berlaga di kompetisi-kompetisi resmi FIFA dan AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia). Atau singkat kata, larangan FIFA yang terlahir karena intervensi pemerintah Indonesia terhadap sepak bola Indonesia itu, dunia sepak bola profesional tanah air menjadi gelap gulita.

“Pas sepak bola Indonesia di-banned itulah, aku sudah 100 persen bilang aku tidak bisan main bola lagi, dan memutuskan pensiun dan fokus ke bisnis,” jelasnya.

Dipo termasuk beruntung. Saat itu, ia belum menandatangani kontrak dengan satu pun klub sepak bola tanah air, dan lebih memilih mempertahankan status permanent resident-nya di AS dengan kembali ke California sambil menimbang-nimbang masa depannya. Sebagai informasi, status itu sendiri diperolehnya berkat sponsor Chivas USA. Kalau saja, ia menandatangani kontrak, menurut Dipo, bukan saja karir sepak bola profesionalnya yang kandas, tapi juga peluangnya untuk terjun di bisnis waralaba kuliner.

Dunia bisnis kuliner bukan hal asing bagi Dipo. Sewaktu kuliah jurusan Manajemen Bisnis di Pasadena City College, Pasadena, California, ia sempat bekerja di sebuah restoran sebagai pencuci piring untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Ia kemudian juga sempat kerja sebagai pelayan di restoran waralaba Genghis Grill.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia juga bekerja untuk perusahaan makanan Pretzel dan jaringan waralaba Potato Corner sebagai manajer distrik yang bertugas memperbaiki kinerja penjualan cabang-cabangnya. Di Potato Corner inilah Dipo mulai memberanikan diri untuk terlibat tidak hanya sebagai pegawai tapi juga pemilik salah gerainya. Iseng-iseng, ia mengajukan tawaran kepada salah satu bosnya untuk memberinya kesempatan mengambil alih kepemilikan sebuah gerai Potato Corner yang sedang kesulitan di Albuquerque, New Mexico. Karena Dipo tidak punya modal, ia meminta bosnya menanamkan modal, sementara kontribusi Dipo adalah bekerja untuk mengelolanya tanpa mendapat gaji.

“Aku mau offer fifty-fifty aku bilang. Kamu taruh duit, aku jalanin. Tapi aku tidak ambil salary. Jadi kalau kamu hilang duit, aku juga hilang duit. Tapi aku kerja mati-matian sampai toko itu berhasil,” imbuhnya.

Ya, Dipo berhasil, dan ia tidak hanya puas dengan satu melainkan dua gerai. Setelah itu sepak terjang Dipo seperti tidak terbendung. Ia sempat mencoba membuka gerai waralaba Jerky Guy, namun kemudian ditinggalkannya. Ia kemudian membuka waralaba Paleta Bar. Di bisnis yang disebut terakhir ini lah Dipo mencetak sukses besar.

Sejak ia membuka Paleta Bar pertama di dekat Coronado Mall pada Juni 2017, ia kini memiliki 40 gerai yang tersebar di tujuh negara bagian di AS. Paleta, dalam bahasa Spanyol artinya “tongkat kecil”, adalah es loli versi Meksiko, tetapi dibuat dengan bahan-bahan segar dan dilengkapi berbagai topping.

Isaac Sandoval, seorang pengusaha di binis layanan kesehatan dan rel estat di Albuquerque mengaku kagum dengan keberhasilan Dipo. Dan, dia pula yang menominasikan Dipo untuk mendapat penghargaan orang-orang berprestasi di bawah usia 40 tahun di kota itu yang disebut “40 Under 40”. Nominasi yang diajukannya membuahkan hasil, dan Dipo tahun ini masuk daftar bergengsi itu.

“Ia pekerja keras. Mentalitas kerja yang dimilikinya sungguh mengagumkan. Saya sendiri mengetahui dia sewaktu tanpa sengaja mendengarkan sebuah podcast soal Dipo. Dia ternyata pemilik Paleta Bar. Dan kebetulan saya, istrik dan anak-anak saya hampir setiap hari pergike Paleta Bar untuk membeli es krim. Saya sungguh mengagumi jiwa kewirausahaannya. Paleta Bar berkembang luar biasa cepat,” komentarnya.

Sandoval mengatakan, jarang sekali pengusaha, khususnya wirausahawan, seperti Dipo mendapat pengakuan masyarakat. Orang-orang yang mendapat penghargaan “40 under 40” itu biasanya adalah mereka yang aktif bersosialiasi atau ber-networking. Padahal, katanya, wirausahawan seperti Dipo dan dirinya, punya kontribusi besar karena menciptakan lapangan pekerjaan, meski tidak puya banyak waktu untuk bersosialisasi karena tuntutan kerja. Sandoval sendiri masuk dalam daftar bergengsi itu pada tahun 2020, di usia 38 tahun.

Dipo mempelajari keterampilan bisnis sejak usia muda sewaktu di Indonesia. Ibunya ketika itu selalu bangun pukul 4 pagi untuk menyiapkan makanan yang dijual di kedainya. Dia juga selalu bangun pagi untuk berlatih sepak bola.

Ibunya tidak pernah memberinya uang saku untuk pergi sekolah. Ibunya malah memberinya lima bungkus makanan yang harus dijualnya di sekolah agar Dipo mendapat uang jajan. Ibunya itu secara tidak langsung mengajarkan Dipo untuk bekerja keras bila ingin berhasil. “Keputusasaan adalah motivasi tertinggi,” katanya, seraya menambahkan bahwa ia belajar sejak awal bahwa kerja keras membawa imbalan besar.

Sewaktu pertamakali hijrah ke AS, hidup Dipo juga tidak mudah. Ia tinggal berdesak-desakan di sebuah apartemen dengan satu kamar tidur dan satu kamar mandi di kawasan pecinan Los Angeles. Kebutuhan akan makanan, biaya sekolah, dan lain-lain dipenuhinya dengan bekerja di restoran.

Dipo mengaku ia berbagi semangat kewirausahaan dengan karyawannya. Ia mencari karyawan yang memiliki keinginan untuk tumbuh bersamanya. “Saya tidak ingin seseorang bekerja untuk saya, saya ingin mereka bekerja dengan saya,” katanya. Gerai Paleta Bar di Bernalillo, contohnya, akhirnya dibeli oleh manajer pengelolanya. Dipo berharap untuk membuat kesempatan itu tersedia bagi semua orang di timnya.

Dipo menekankan pentingnya, membantu orang lain yang kurang beruntung. Ia secara reguler menyumbang ke Rumah Sakit Anak Universitas New Mexico dan pernah menyumbang ke organisasi Make A wish. Pada hari Minggu, ia biasa terlihat di Coronado Park menyumbangkan makanan atau berbagai kebutuhan lain untuk para tunawisma melalui organisasi Last Chance Ministry.

Pria yang baru saja menikah dan memiliki seorang putra tiri ini ingin karyawannya berbagi antusiasmenya untuk memberikan layanan yang baik dan produk yang sempurna. Ia dan stafnya selalu menyambut setiap pelanggan dengan senyum dan sapaan saat mereka melewati pintu. Apa yang tidak akan Anda lihat di tokonya adalah karyawan yang berdiri sambil menatap ponselnya.

“Saya memulai dari nol,” katanya. “Kita harus bekerja keras kalau ingin berhasil. Lakukan yang terbaik dan biarkan Tuhan yang melakukan sisanya.”

Dipo percaya bahwa datang ke Amerika Serikat telah memberinya banyak peluang. Dipo yang kini berstatus warga negara AS mengatakan, “Jika Anda ingin menghargai hidup di AS, pergilah ke negara dunia ketiga dan Anda akan merasa bersyukur berada di sini,” kata Alam. “This is the land of opportunity.”

Bagaimana dengan kecintaannya pada dunia sepak bola? Dipo mengaku menjadi relawan pelatih sepak bola di kesebelasan anak tirinya di sekolah. Ia juga menjalin hubungan akrab dengan klub sepak bola kebanggaan negara bagian di mana ia tinggal, New Mexico United. Ia tidak hanya sering bermain sepak bola dengan sejumlah anggota klub itu, tapi juga membantu mengembangkan bisnis sampingan New Mexico United. [ab/ka]

Seorang mantan pemain sepak bola terkenal Indonesia mengejar mimpi menjadi pemain profesional, tidak hanya di tanah air tapi juga di Amerika Serikat. Namun, nasib berkata lain. Ia malah sukses jadi pengusaha kuliner di negeri Paman Sam dan bahkan mendapat penghargaan bergengsi untuk orang-orang muda berprestasi yang disebut “40 under 40”.

Sekitar 15 tahun lalu, ketika mendengar Cornelius Dipo Alam, orang selalu mengaitkannya dengan pemain sepak bola muda asal Jakarta yang hijrah ke Amerika Serikat untuk bersekolah, meningkatkan keahliannya memainkan si bundar, dan berambisi menjadi anggota tim nasional sepak bola Indonesia yang berlaga di ajang-ajang internasional.

Kini, nama Dipo (33), lebih erat kaitannya dengan pebisnis waralaba kuliner asal Indonesia yang sukses di Amerika. Ia memiliki lebih dari 40 gerai kuliner di tujuh negara bagian di Amerika, namun tetap memiliki perhatian khusus pada perkembangan dunia sepakbola.

Jejak Dipo di dunia sepak bola sudah lama mengundang decak kagum. Setelah terpilih mewakili Tim DKI Jakarta di kompetisi Liga Bogasari untuk usia di bawah 15 tahun, ia kembali ditunjuk mewakili kesebelasan DKI Jakarta untuk tampil di Liga Suratin di bawah usia 18 tahun. Sampai akhirnya ia terpilih masuk ke dalam Indonesian Football Academy, sekolah khusus dengan seleksi ketat yang melatih para pemain sepak bola muda berbakat.

Untuk meningkatkan karirnya, Dipo sempat pergi ke Belanda dan berlatih dengan sebuah klub sepak bola setempat di Heemstede, Belanda. Karena ingin meneruskan pendidikan sementara tidak ingin mematikan karir sepakbolanya, ia pun hijrah ke Amerika. Dipo pun sempat bergabung dengan Chivas USA, Turbo FC, LA Legends, LA Blues, dan Deportivo Knights.

Karena begitu berprestasinya, di usia 23 tahun, pada tahun 2012, ia sempat dipanggil pulang ke Indonesia oleh PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) untuk memperkuat tim nasional. Karena syarat menjadi anggota timnas, adalah bergabung dengan salah satu klub sepakbola, ia pun sempat melakukan trial dengan Persebaya (Surabaya), Sriwijaya (Palembang), Arema (Malang), dan Persijap (Jepara).

Mengapa Dipo meninggalkan dunia sepak bola? Alasannya, sederhana, karena pada 2015 Indonesia mendapat sanksi dari Federasi Sepak Bola Internasioal (FIFA) yang membuat tim nasional Indonesia dan seluruh klub asal tanah air tidak bisa berlaga di kompetisi-kompetisi resmi FIFA dan AFC (Konfederasi Sepak Bola Asia). Atau singkat kata, larangan FIFA yang terlahir karena intervensi pemerintah Indonesia terhadap sepak bola Indonesia itu, dunia sepak bola profesional tanah air menjadi gelap gulita.

“Pas sepak bola Indonesia di-banned itulah, aku sudah 100 persen bilang aku tidak bisan main bola lagi, dan memutuskan pensiun dan fokus ke bisnis,” jelasnya.

Dipo termasuk beruntung. Saat itu, ia belum menandatangani kontrak dengan satu pun klub sepak bola tanah air, dan lebih memilih mempertahankan status permanent resident-nya di AS dengan kembali ke California sambil menimbang-nimbang masa depannya. Sebagai informasi, status itu sendiri diperolehnya berkat sponsor Chivas USA. Kalau saja, ia menandatangani kontrak, menurut Dipo, bukan saja karir sepak bola profesionalnya yang kandas, tapi juga peluangnya untuk terjun di bisnis waralaba kuliner.

Dunia bisnis kuliner bukan hal asing bagi Dipo. Sewaktu kuliah jurusan Manajemen Bisnis di Pasadena City College, Pasadena, California, ia sempat bekerja di sebuah restoran sebagai pencuci piring untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Ia kemudian juga sempat kerja sebagai pelayan di restoran waralaba Genghis Grill.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia juga bekerja untuk perusahaan makanan Pretzel dan jaringan waralaba Potato Corner sebagai manajer distrik yang bertugas memperbaiki kinerja penjualan cabang-cabangnya. Di Potato Corner inilah Dipo mulai memberanikan diri untuk terlibat tidak hanya sebagai pegawai tapi juga pemilik salah gerainya. Iseng-iseng, ia mengajukan tawaran kepada salah satu bosnya untuk memberinya kesempatan mengambil alih kepemilikan sebuah gerai Potato Corner yang sedang kesulitan di Albuquerque, New Mexico. Karena Dipo tidak punya modal, ia meminta bosnya menanamkan modal, sementara kontribusi Dipo adalah bekerja untuk mengelolanya tanpa mendapat gaji.

“Aku mau offer fifty-fifty aku bilang. Kamu taruh duit, aku jalanin. Tapi aku tidak ambil salary. Jadi kalau kamu hilang duit, aku juga hilang duit. Tapi aku kerja mati-matian sampai toko itu berhasil,” imbuhnya.

Ya, Dipo berhasil, dan ia tidak hanya puas dengan satu melainkan dua gerai. Setelah itu sepak terjang Dipo seperti tidak terbendung. Ia sempat mencoba membuka gerai waralaba Jerky Guy, namun kemudian ditinggalkannya. Ia kemudian membuka waralaba Paleta Bar. Di bisnis yang disebut terakhir ini lah Dipo mencetak sukses besar.

Sejak ia membuka Paleta Bar pertama di dekat Coronado Mall pada Juni 2017, ia kini memiliki 40 gerai yang tersebar di tujuh negara bagian di AS. Paleta, dalam bahasa Spanyol artinya “tongkat kecil”, adalah es loli versi Meksiko, tetapi dibuat dengan bahan-bahan segar dan dilengkapi berbagai topping.

Isaac Sandoval, seorang pengusaha di binis layanan kesehatan dan rel estat di Albuquerque mengaku kagum dengan keberhasilan Dipo. Dan, dia pula yang menominasikan Dipo untuk mendapat penghargaan orang-orang berprestasi di bawah usia 40 tahun di kota itu yang disebut “40 Under 40”. Nominasi yang diajukannya membuahkan hasil, dan Dipo tahun ini masuk daftar bergengsi itu.

“Ia pekerja keras. Mentalitas kerja yang dimilikinya sungguh mengagumkan. Saya sendiri mengetahui dia sewaktu tanpa sengaja mendengarkan sebuah podcast soal Dipo. Dia ternyata pemilik Paleta Bar. Dan kebetulan saya, istrik dan anak-anak saya hampir setiap hari pergike Paleta Bar untuk membeli es krim. Saya sungguh mengagumi jiwa kewirausahaannya. Paleta Bar berkembang luar biasa cepat,” komentarnya.

Sandoval mengatakan, jarang sekali pengusaha, khususnya wirausahawan, seperti Dipo mendapat pengakuan masyarakat. Orang-orang yang mendapat penghargaan “40 under 40” itu biasanya adalah mereka yang aktif bersosialiasi atau ber-networking. Padahal, katanya, wirausahawan seperti Dipo dan dirinya, punya kontribusi besar karena menciptakan lapangan pekerjaan, meski tidak puya banyak waktu untuk bersosialisasi karena tuntutan kerja. Sandoval sendiri masuk dalam daftar bergengsi itu pada tahun 2020, di usia 38 tahun.

Dipo mempelajari keterampilan bisnis sejak usia muda sewaktu di Indonesia. Ibunya ketika itu selalu bangun pukul 4 pagi untuk menyiapkan makanan yang dijual di kedainya. Dia juga selalu bangun pagi untuk berlatih sepak bola.

Ibunya tidak pernah memberinya uang saku untuk pergi sekolah. Ibunya malah memberinya lima bungkus makanan yang harus dijualnya di sekolah agar Dipo mendapat uang jajan. Ibunya itu secara tidak langsung mengajarkan Dipo untuk bekerja keras bila ingin berhasil. “Keputusasaan adalah motivasi tertinggi,” katanya, seraya menambahkan bahwa ia belajar sejak awal bahwa kerja keras membawa imbalan besar.

Sewaktu pertamakali hijrah ke AS, hidup Dipo juga tidak mudah. Ia tinggal berdesak-desakan di sebuah apartemen dengan satu kamar tidur dan satu kamar mandi di kawasan pecinan Los Angeles. Kebutuhan akan makanan, biaya sekolah, dan lain-lain dipenuhinya dengan bekerja di restoran.

Dipo mengaku ia berbagi semangat kewirausahaan dengan karyawannya. Ia mencari karyawan yang memiliki keinginan untuk tumbuh bersamanya. “Saya tidak ingin seseorang bekerja untuk saya, saya ingin mereka bekerja dengan saya,” katanya. Gerai Paleta Bar di Bernalillo, contohnya, akhirnya dibeli oleh manajer pengelolanya. Dipo berharap untuk membuat kesempatan itu tersedia bagi semua orang di timnya.

Dipo menekankan pentingnya, membantu orang lain yang kurang beruntung. Ia secara reguler menyumbang ke Rumah Sakit Anak Universitas New Mexico dan pernah menyumbang ke organisasi Make A wish. Pada hari Minggu, ia biasa terlihat di Coronado Park menyumbangkan makanan atau berbagai kebutuhan lain untuk para tunawisma melalui organisasi Last Chance Ministry.

Pria yang baru saja menikah dan memiliki seorang putra tiri ini ingin karyawannya berbagi antusiasmenya untuk memberikan layanan yang baik dan produk yang sempurna. Ia dan stafnya selalu menyambut setiap pelanggan dengan senyum dan sapaan saat mereka melewati pintu. Apa yang tidak akan Anda lihat di tokonya adalah karyawan yang berdiri sambil menatap ponselnya.

“Saya memulai dari nol,” katanya. “Kita harus bekerja keras kalau ingin berhasil. Lakukan yang terbaik dan biarkan Tuhan yang melakukan sisanya.”

Dipo percaya bahwa datang ke Amerika Serikat telah memberinya banyak peluang. Dipo yang kini berstatus warga negara AS mengatakan, “Jika Anda ingin menghargai hidup di AS, pergilah ke negara dunia ketiga dan Anda akan merasa bersyukur berada di sini,” kata Alam. “This is the land of opportunity.”

Bagaimana dengan kecintaannya pada dunia sepak bola? Dipo mengaku menjadi relawan pelatih sepak bola di kesebelasan anak tirinya di sekolah. Ia juga menjalin hubungan akrab dengan klub sepak bola kebanggaan negara bagian di mana ia tinggal, New Mexico United. Ia tidak hanya sering bermain sepak bola dengan sejumlah anggota klub itu, tapi juga membantu mengembangkan bisnis sampingan New Mexico United. [ab/ka]

Apriyani dan Fadia, Tumpuan Penerus Legasi Ganda Putri Indonesia

Setelah Greysia Polii, pebulutangkis perempuan paling senior dalam tim nasional Indonesia, memutuskan untuk mengakhiri karir profesionalnya sebagai pemain, kini kekuatan skuad ganda putri tanah air otomatis bertumpu pada kekuatan sejumlah pemain muda.

Apriyani Rahayu, yang bersama Greysia meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, kini menjadi harapan utama untuk meneruskan legasi yang diturunkan oleh seniornya terdahulu. Berpasangan dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti, 21, Apriyani, yang saat ini masih berusia 24 tahun, menunjukkan performa yang cukup menjanjikan dalam dua turnamen pertama mereka debut sebagai pasangan baru.

Dalam gelaran Indonesia Master yang berlangsung dari 7 hingga 12 Juni, Apriyani dan Fadia mampu finish sebagai runner up, menyerah dari ganda putri nomor satu dunia asal China Chen Qingchen and Jia Yifan 21-18 and 21-12 di babak final.

Tren positif berlanjut pada ajang Indonesia Open yang digelar minggu ini. Turnamen level super 1000 yang merupakan level tertinggi pada kompetisi bulutangkis dunia menyajikan tantangan tersendiri bagi Apriyani dan Fadia. Langkah mereka terhenti di perempat final setelah gagal membendung unggulan kedua asal Korea Selatan Lee So Hee dan Shin Seung Chan dalam pertandingan yang berlangsung straight set 21-14 dan 21-19.

“Kami akan selalu belajar dengan pola permainan kami yang seperti tadi. Sebelum Indonesia Masters dan Indonesia Open kami sudah bersiap dan kami terus belajar dari kekalahan ini,” ujar Apriyani seusai laga perempat final yang digelar pada Jumat (17/6).

“Pola permainan gak banyak berubah, cuma di poin penting (kami) kurang konsisten aja,” timpal Fadia.

Selain berhasil mengantarkan mereka ke babak semi final, kemenangan yang diraih duo Korea Selatan itu berhasil menggenapi keberhasilan mereka mengalahkan tiga pasangan Indonesia di turnamen Indonesia Open tahun ini.

Pada babak pertama, Lee dan Shin berhasil menumbangkan duet Ribka Sugiarto dan Febby Valencia Dwijayanti Gani. Di babak kedua, giliran pasangan Febriana Dwipuji Kusuma dan Amalia Cahya Pratiwi yang gagal membendung laju pasangan Korea tersebut.

Pelatih ganda putri Indonesia Eng Hian mengaku cukup puas dengan hasil yang ditorehkan oleh anak didiknya di dua turnamen besar ini. Ia melihat beberapa pasangan menunjukkan perbaikan performa di turnamen Indonesia Open pada minggu ini.

“Kami harapkan dari dua event ini mereka terus belajar untuk menghadapi event selanjutnya. Kami harap ganda putri hasilnya bisa lebih baik dan menghasilkan tidak hanya satu pasangan (top), kalo bisa ada dua hingga empat pasangan seperti sektor ganda putra,” kata Eng Hian.

Eng Hian yang juga akrab disapa Koh Didi mempunyai catatan khusus atas penampilan Fadia di babak perempat final. Pria peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 mengatakan Fadia harus belajar menghadapi tekanan ketika bertanding di hadapan publik sendiri.

“Bermain dengan atmosfer yang luar biasa ini tidak mudah. Bagi atlet ini bisa jadi bumerang. Seharusnya bisa bermain lebih tenang, polanya lebih pelan, tapi dengan atmosfer ini bisa berubah total karena mengikuti keinginan penonton. Ini yang harus dipelajari Fadia,” kata Eng Hian.

Pujian untuk Apriyani dan Fadia

Terlepas dari sedikitnya laga yang baru mereka jalani, penampilan Apriyani dan Fadia berhasil mencuri perhatian para lawannya. Shin Seung Chan mengatakan Apriyani dan Fadia memiliki potensi untuk menjadi pasangan top dunia di masa yang akan datang.

Pebulutangkis Jepang Mayu Matsumoto memuji permainan Apriyani dan Fadia seraya mengatakan bahwa pasangan Indonesia itu memiliki gaya permainan yang cepat.

“Saat berpasangan dengan Greysia, Apriyani cenderung bermain rally-rally (panjang). Dengan Fadia, permainan mereka lebih cepat dan lebih banyak menyerang,” ujar Matsumoto.

Menimpali rekannya, Wakana Nagahara mengatakan Apriyani dan Fadia memiliki kesempatan untuk terus mengembangkan permainan mereka mengingat usia mereka yang masih muda.

Matsumoto dan Nagahara harus mengakui keunggulan Apriyani dan Fadia di babak pertama Indonesia Open.

Target Ganda Putri

Kombinasi pasangan yang kini dimiliki skuad ganda putri tanah air memang didominasi oleh racikan baru. Pasangan Apriyani dan Fadia serta duet Ribka dan Febby baru menjalani debut mereka di dua turnamen di bulan Juni ini.

Eng Hian sendiri memiliki target khusus untuk para anak didiknya. Khusus bagi Apriyani dan Fadia, ia ingin pasangan tersebut segera merangsek ke jajaran peringkat delapan besar dunia.

“Target ganda putri sekarang adalah mengejar prestasi untuk menuju Olimpiade. Tapi dalam menuju Olimpiade itu ada turnamen grade A dan turnamen antara yang harus diikuti. Sekarang saya harus memperbanyak jumlah turnamen dulu untuk pemain-pemain saya.”

“Yang paling penting juga adalah mengejar prestasi, turnamen banyak tanpa prestasi untuk apa? Selain memberikan kesempatan bertanding untuk mengejar ranking supaya pada Mei 2023 itu bisa ikut kualifikasi Olimpiade,” pungkas Eng Hian, merujuk pada Olimpiade Paris 2024.

Ia menambahkan bahwa dirinya akan mulai memilah pasangan mana yang dipersiapkan untuk menuju kualifikasi Olimpiade Paris. Dengan rata-rata pasangan yang ada kini merupakan pasangan baru, Eng Hian memberikan kesempatan kepada para anak didiknya untuk dapat bersaing habis-habisan.

“Saat sekarang sampai 30 April 2023 sebelum dimulainya kualifikasi (Olimpiade), saya akan memberikan persaingan yang rata karena ini bisa dibilang dari nol semua untuk ganda putri. Nanti pada 1 Mei 2023, saya akan memilih ada berapa pasang ganda putri yang qualified. Saya harap bisa banyak seperti ganda putra. Kalau semua sudah qualified, ya silahkan ngadu sendiri-sendiri,” pungkas Eng Hian.

Setelah Greysia Polii, pebulutangkis perempuan paling senior dalam tim nasional Indonesia, memutuskan untuk mengakhiri karir profesionalnya sebagai pemain, kini kekuatan skuad ganda putri tanah air otomatis bertumpu pada kekuatan sejumlah pemain muda.

Apriyani Rahayu, yang bersama Greysia meraih medali emas Olimpiade Tokyo 2020, kini menjadi harapan utama untuk meneruskan legasi yang diturunkan oleh seniornya terdahulu. Berpasangan dengan Siti Fadia Silva Ramadhanti, 21, Apriyani, yang saat ini masih berusia 24 tahun, menunjukkan performa yang cukup menjanjikan dalam dua turnamen pertama mereka debut sebagai pasangan baru.

Dalam gelaran Indonesia Master yang berlangsung dari 7 hingga 12 Juni, Apriyani dan Fadia mampu finish sebagai runner up, menyerah dari ganda putri nomor satu dunia asal China Chen Qingchen and Jia Yifan 21-18 and 21-12 di babak final.

Tren positif berlanjut pada ajang Indonesia Open yang digelar minggu ini. Turnamen level super 1000 yang merupakan level tertinggi pada kompetisi bulutangkis dunia menyajikan tantangan tersendiri bagi Apriyani dan Fadia. Langkah mereka terhenti di perempat final setelah gagal membendung unggulan kedua asal Korea Selatan Lee So Hee dan Shin Seung Chan dalam pertandingan yang berlangsung straight set 21-14 dan 21-19.

“Kami akan selalu belajar dengan pola permainan kami yang seperti tadi. Sebelum Indonesia Masters dan Indonesia Open kami sudah bersiap dan kami terus belajar dari kekalahan ini,” ujar Apriyani seusai laga perempat final yang digelar pada Jumat (17/6).

“Pola permainan gak banyak berubah, cuma di poin penting (kami) kurang konsisten aja,” timpal Fadia.

Selain berhasil mengantarkan mereka ke babak semi final, kemenangan yang diraih duo Korea Selatan itu berhasil menggenapi keberhasilan mereka mengalahkan tiga pasangan Indonesia di turnamen Indonesia Open tahun ini.

Pada babak pertama, Lee dan Shin berhasil menumbangkan duet Ribka Sugiarto dan Febby Valencia Dwijayanti Gani. Di babak kedua, giliran pasangan Febriana Dwipuji Kusuma dan Amalia Cahya Pratiwi yang gagal membendung laju pasangan Korea tersebut.

Pelatih ganda putri Indonesia Eng Hian mengaku cukup puas dengan hasil yang ditorehkan oleh anak didiknya di dua turnamen besar ini. Ia melihat beberapa pasangan menunjukkan perbaikan performa di turnamen Indonesia Open pada minggu ini.

“Kami harapkan dari dua event ini mereka terus belajar untuk menghadapi event selanjutnya. Kami harap ganda putri hasilnya bisa lebih baik dan menghasilkan tidak hanya satu pasangan (top), kalo bisa ada dua hingga empat pasangan seperti sektor ganda putra,” kata Eng Hian.

Eng Hian yang juga akrab disapa Koh Didi mempunyai catatan khusus atas penampilan Fadia di babak perempat final. Pria peraih medali perunggu Olimpiade Athena 2004 mengatakan Fadia harus belajar menghadapi tekanan ketika bertanding di hadapan publik sendiri.

“Bermain dengan atmosfer yang luar biasa ini tidak mudah. Bagi atlet ini bisa jadi bumerang. Seharusnya bisa bermain lebih tenang, polanya lebih pelan, tapi dengan atmosfer ini bisa berubah total karena mengikuti keinginan penonton. Ini yang harus dipelajari Fadia,” kata Eng Hian.

Pujian untuk Apriyani dan Fadia

Terlepas dari sedikitnya laga yang baru mereka jalani, penampilan Apriyani dan Fadia berhasil mencuri perhatian para lawannya. Shin Seung Chan mengatakan Apriyani dan Fadia memiliki potensi untuk menjadi pasangan top dunia di masa yang akan datang.

Pebulutangkis Jepang Mayu Matsumoto memuji permainan Apriyani dan Fadia seraya mengatakan bahwa pasangan Indonesia itu memiliki gaya permainan yang cepat.

“Saat berpasangan dengan Greysia, Apriyani cenderung bermain rally-rally (panjang). Dengan Fadia, permainan mereka lebih cepat dan lebih banyak menyerang,” ujar Matsumoto.

Menimpali rekannya, Wakana Nagahara mengatakan Apriyani dan Fadia memiliki kesempatan untuk terus mengembangkan permainan mereka mengingat usia mereka yang masih muda.

Matsumoto dan Nagahara harus mengakui keunggulan Apriyani dan Fadia di babak pertama Indonesia Open.

Target Ganda Putri

Kombinasi pasangan yang kini dimiliki skuad ganda putri tanah air memang didominasi oleh racikan baru. Pasangan Apriyani dan Fadia serta duet Ribka dan Febby baru menjalani debut mereka di dua turnamen di bulan Juni ini.

Eng Hian sendiri memiliki target khusus untuk para anak didiknya. Khusus bagi Apriyani dan Fadia, ia ingin pasangan tersebut segera merangsek ke jajaran peringkat delapan besar dunia.

“Target ganda putri sekarang adalah mengejar prestasi untuk menuju Olimpiade. Tapi dalam menuju Olimpiade itu ada turnamen grade A dan turnamen antara yang harus diikuti. Sekarang saya harus memperbanyak jumlah turnamen dulu untuk pemain-pemain saya.”

“Yang paling penting juga adalah mengejar prestasi, turnamen banyak tanpa prestasi untuk apa? Selain memberikan kesempatan bertanding untuk mengejar ranking supaya pada Mei 2023 itu bisa ikut kualifikasi Olimpiade,” pungkas Eng Hian, merujuk pada Olimpiade Paris 2024.

Ia menambahkan bahwa dirinya akan mulai memilah pasangan mana yang dipersiapkan untuk menuju kualifikasi Olimpiade Paris. Dengan rata-rata pasangan yang ada kini merupakan pasangan baru, Eng Hian memberikan kesempatan kepada para anak didiknya untuk dapat bersaing habis-habisan.

“Saat sekarang sampai 30 April 2023 sebelum dimulainya kualifikasi (Olimpiade), saya akan memberikan persaingan yang rata karena ini bisa dibilang dari nol semua untuk ganda putri. Nanti pada 1 Mei 2023, saya akan memilih ada berapa pasang ganda putri yang qualified. Saya harap bisa banyak seperti ganda putra. Kalau semua sudah qualified, ya silahkan ngadu sendiri-sendiri,” pungkas Eng Hian.

Nasib Diaspora Indonesia di Ukraina pasca Invasi Rusia

Serangan Rusia ke Ukraina bulan Februari lalu membuat banyak diaspora Indonesia terpaksa mengungsi ke Indonesia dan berpisah dari pasangannya. Sebagian dari mereka kini telah kembali ke Ukraina, namun ada juga yang memilih untuk menetap di Indonesia.

Serangan Rusia ke Ukraina bulan Februari lalu membuat banyak diaspora Indonesia terpaksa mengungsi ke Indonesia dan berpisah dari pasangannya. Sebagian dari mereka kini telah kembali ke Ukraina, namun ada juga yang memilih untuk menetap di Indonesia.

Komnas HAM Periksa 6 Ajudan Ferdy Sambo

Komnas HAM telah memeriksa enam dari tujuh ajudan Irjen Pol Ferdy Sambo, termasuk Bharada E terkait kematian Brigadir J di rumah dinas Sambo pada Selasa (26/7).

Komnas HAM telah memeriksa enam dari tujuh ajudan Irjen Pol Ferdy Sambo, termasuk Bharada E terkait kematian Brigadir J di rumah dinas Sambo pada Selasa (26/7).