Karena tak dapat menemukan buku untuk dibacakan kepada anaknya sewaktu kecil, Innosanto Nagara lantas menulis buku anak-anak.Buku pertamanya, “A is for Activist” mendapat respon positif, bahkan diterjemahkan ke dalam tiga bahasa. Kini Inno telah menulis tujuh buku anak-anak bertema keadilan sosial.

Karena tak dapat menemukan buku untuk dibacakan kepada anaknya sewaktu kecil, Innosanto Nagara lantas menulis buku anak-anak.Buku pertamanya, “A is for Activist” mendapat respon positif, bahkan diterjemahkan ke dalam tiga bahasa. Kini Inno telah menulis tujuh buku anak-anak bertema keadilan sosial.

Bobby Caldwell, penyanyi dan penulis lagu R&B penuh perasaan yang populer dengan lagu single hit “What You Won’t Do for Love” pada 1978, tutup usia.

Kabar duka itu disampaikan istrinya, Mary Caldwell, kepada Associated Press pada Rabu (15/3).

Mary mengatakan suaminya meninggal dalam pelukannya di rumah mereka di Great Meadows, New Jersey, pada Selasa (14/3), setelah lama sakit. Ia berusia 71 tahun.

“What You Won’t Do for Love” berada di peringkat 9 “Billboard Hot 100” dan kemudian naik ke-peringkat 6 dalam daftar yang disebut “Hot Selling Soul Singles.” Komposisi itu menjadi hit standar dan penentu dalam karier panjang Caldwell. Komposisi itu kemudian dibawakan kembali oleh sejumlah musisi, antara lain Boyz II Men dan Michael Bolton. Sebagian lagu itu juga diambil Tupac Shakur untuk lagu yang dirilis secara anumerta “Do for Love.”

Lagu Caldwell lainnya juga dibawakan kembali oleh artis hip-hop seperti The Notorious B.I.G, Common, Lil Nas X dan Chance the Rapper.

Setelah kabar kematiannya beredar, banyak pendengar lagu-lagunya yang terkejut mengetahui Caldwell berkulit putih dan bukan berkulit hitam. Caldwell hanya muncul dalam siluet di album solo debut “What You Won’t Do for Love.”

Questlove menulis di Instagram, “Caldwell adalah babak penutup dalam generasi di mana eksekutif rekaman ingin menyembunyikan wajah di setiap sampul album, jadi mungkin artis memiliki kesempatan… Terima kasih untuk suara dan anugerahmu #BobbyCaldwell.”

Sementara Chance the Rapper memasang tangkapan layar di akun Instagramnya tentang pertukaran pesannya dengan Caldwell tahun lalu ketika ia minta izin untuk menggunakan lagunya.

Saya akan merasa sangat terhormat jika Anda menggunakan lagu saya,” tulis Caldwell. [em/ft]

 

Bobby Caldwell, penyanyi dan penulis lagu R&B penuh perasaan yang populer dengan lagu single hit “What You Won’t Do for Love” pada 1978, tutup usia.

Kabar duka itu disampaikan istrinya, Mary Caldwell, kepada Associated Press pada Rabu (15/3).

Mary mengatakan suaminya meninggal dalam pelukannya di rumah mereka di Great Meadows, New Jersey, pada Selasa (14/3), setelah lama sakit. Ia berusia 71 tahun.

“What You Won’t Do for Love” berada di peringkat 9 “Billboard Hot 100” dan kemudian naik ke-peringkat 6 dalam daftar yang disebut “Hot Selling Soul Singles.” Komposisi itu menjadi hit standar dan penentu dalam karier panjang Caldwell. Komposisi itu kemudian dibawakan kembali oleh sejumlah musisi, antara lain Boyz II Men dan Michael Bolton. Sebagian lagu itu juga diambil Tupac Shakur untuk lagu yang dirilis secara anumerta “Do for Love.”

Lagu Caldwell lainnya juga dibawakan kembali oleh artis hip-hop seperti The Notorious B.I.G, Common, Lil Nas X dan Chance the Rapper.

Setelah kabar kematiannya beredar, banyak pendengar lagu-lagunya yang terkejut mengetahui Caldwell berkulit putih dan bukan berkulit hitam. Caldwell hanya muncul dalam siluet di album solo debut “What You Won’t Do for Love.”

Questlove menulis di Instagram, “Caldwell adalah babak penutup dalam generasi di mana eksekutif rekaman ingin menyembunyikan wajah di setiap sampul album, jadi mungkin artis memiliki kesempatan… Terima kasih untuk suara dan anugerahmu #BobbyCaldwell.”

Sementara Chance the Rapper memasang tangkapan layar di akun Instagramnya tentang pertukaran pesannya dengan Caldwell tahun lalu ketika ia minta izin untuk menggunakan lagunya.

Saya akan merasa sangat terhormat jika Anda menggunakan lagu saya,” tulis Caldwell. [em/ft]

 

Indonesia meraih empat penghargaan utama di 5th Japan World’s Tourism Film Festival (JWTFF) yang dilangsungkan di Kyoto, Jepang.

Film pariwisata “Jiwa Jagad Jawi” yang dikirim Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif meraih tiga penghargaan, yaitu Gold Prize Tourism Destination Country, Asian Competition, dan penghargaan tertinggi International Grand Prix. Satu film lain yang juga diajukan, yaitu “Otentik Itu Perlu Waktu,” meraih Silver Prize Tourism Products.

Saat menerima empat anugrah itu di Kuil Shinto Izukanda di pinggir Danau Biwa, Kyoto, Konjen RI di Osaka Diana Emilia Sari Sutikno mengatakan penghargaan ini merupakan momentum penting bagi kebangkitan pariwisata Indonesia.

“Dalam tiga tahun terakhir banyak yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk kembali menerima kunjungan wisatawan ke Indonesia,” ujarnya seraya mengundang seluruh peserta festival dan hadirin untuk datang ke Indonesia.

Ada 1.286 film pariwisata dari 105 negara dan berbagai wilayah yang ikut dalam kompetisi yang diselenggarakan JWTFF bekerjasama dengan Wakayama University dan International Committee of Tourism Film Festival CIFFT. Festival Film Pariwisata ini dibagi dalam tiga kategori utama yaitu: Japan Competition, International Competition dan Grand Prix.

Dengan kemenangan kedua film pariwisata itu, terutama “Jiwa Jagad Jawi” yang meraih penghargaan tertinggi International Grand Prix, akan berhak mengikuti berbagai festival lain di bawah jaringan CIFFT tahun ini. [em/es]

Indonesia meraih empat penghargaan utama di 5th Japan World’s Tourism Film Festival (JWTFF) yang dilangsungkan di Kyoto, Jepang.

Film pariwisata “Jiwa Jagad Jawi” yang dikirim Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif meraih tiga penghargaan, yaitu Gold Prize Tourism Destination Country, Asian Competition, dan penghargaan tertinggi International Grand Prix. Satu film lain yang juga diajukan, yaitu “Otentik Itu Perlu Waktu,” meraih Silver Prize Tourism Products.

Saat menerima empat anugrah itu di Kuil Shinto Izukanda di pinggir Danau Biwa, Kyoto, Konjen RI di Osaka Diana Emilia Sari Sutikno mengatakan penghargaan ini merupakan momentum penting bagi kebangkitan pariwisata Indonesia.

“Dalam tiga tahun terakhir banyak yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk kembali menerima kunjungan wisatawan ke Indonesia,” ujarnya seraya mengundang seluruh peserta festival dan hadirin untuk datang ke Indonesia.

Ada 1.286 film pariwisata dari 105 negara dan berbagai wilayah yang ikut dalam kompetisi yang diselenggarakan JWTFF bekerjasama dengan Wakayama University dan International Committee of Tourism Film Festival CIFFT. Festival Film Pariwisata ini dibagi dalam tiga kategori utama yaitu: Japan Competition, International Competition dan Grand Prix.

Dengan kemenangan kedua film pariwisata itu, terutama “Jiwa Jagad Jawi” yang meraih penghargaan tertinggi International Grand Prix, akan berhak mengikuti berbagai festival lain di bawah jaringan CIFFT tahun ini. [em/es]

Kontes Miss Universe diadakan di New Orleans, AS pada Januari. Keluarga dan supporter Indonesia hadir untuk mewakili Laksmi De Neefe Suardana. Diaspora Indonesia Vera Fuad dan beberapa perempuan lain di Sacramento merajut 100 topi untuk bayi-bayi prematur di RSCM.

Kontes Miss Universe diadakan di New Orleans, AS pada Januari. Keluarga dan supporter Indonesia hadir untuk mewakili Laksmi De Neefe Suardana. Diaspora Indonesia Vera Fuad dan beberapa perempuan lain di Sacramento merajut 100 topi untuk bayi-bayi prematur di RSCM.

Pusat kebudayaan John F. Kennedy Center for the Performing Arts di Washington, D.C. belum lama ini menganugerahkan penghargaan bergengsi, Mark Twain, kepada aktor komedi Adam Sandler.

Pusat kebudayaan John F. Kennedy Center for the Performing Arts di Washington, D.C. belum lama ini menganugerahkan penghargaan bergengsi, Mark Twain, kepada aktor komedi Adam Sandler.

Pusat kebudayaan John F. Kennedy Center for the Performing Arts di Washington, D.C. belum lama ini menganugerahkan penghargaan bergengsi, Mark Twain, kepada aktor komedi Adam Sandler.

Pusat kebudayaan John F. Kennedy Center for the Performing Arts di Washington, D.C. belum lama ini menganugerahkan penghargaan bergengsi, Mark Twain, kepada aktor komedi Adam Sandler.

Pusat kebudayaan John F. Kennedy Center for the Performing Arts di Washington, D.C. baru saja menganugerahkan penghargaan bergengsi Mark Twain, kepada aktor komedi Adam Sandler.

Pusat kebudayaan John F. Kennedy Center for the Performing Arts di Washington, D.C. baru saja menganugerahkan penghargaan bergengsi Mark Twain, kepada aktor komedi Adam Sandler.

Indonesia meraih empat penghargaan utama di 5th Japan World’s Tourism Film Festival (JWTFF) yang dilangsungkan di Kyoto, Jepang.

Film pariwisata “Jiwa Jagad Jawi” yang dikirim Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif meraih tiga penghargaan, yaitu Gold Prize Tourism Destination Country, Asian Competition, dan penghargaan tertinggi International Grand Prix. Satu film lain yang juga diajukan, yaitu “Otentik Itu Perlu Waktu,” meraih Silver Prize Tourism Products.

Saat menerima empat anugrah itu di Kuil Shinto Izukanda di pinggir Danau Biwa, Kyoto, Konjen RI di Osaka Diana Emilia Sari Sutikno mengatakan penghargaan ini merupakan momentum penting bagi kebangkitan pariwisata Indonesia.

“Dalam tiga tahun terakhir banyak yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk kembali menerima kunjungan wisatawan ke Indonesia,” ujarnya seraya mengundang seluruh peserta festival dan hadirin untuk datang ke Indonesia.

Ada 1.286 film pariwisata dari 105 negara dan berbagai wilayah yang ikut dalam kompetisi yang diselenggarakan JWTFF bekerjasama dengan Wakayama University dan International Committee of Tourism Film Festival CIFFT. Festival Film Pariwisata ini dibagi dalam tiga kategori utama yaitu: Japan Competition, International Competition dan Grand Prix.

Dengan kemenangan kedua film pariwisata itu, terutama “Jiwa Jagad Jawi” yang meraih penghargaan tertinggi International Grand Prix, akan berhak mengikuti berbagai festival lain di bawah jaringan CIFFT tahun ini. [em/es]

Indonesia meraih empat penghargaan utama di 5th Japan World’s Tourism Film Festival (JWTFF) yang dilangsungkan di Kyoto, Jepang.

Film pariwisata “Jiwa Jagad Jawi” yang dikirim Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif meraih tiga penghargaan, yaitu Gold Prize Tourism Destination Country, Asian Competition, dan penghargaan tertinggi International Grand Prix. Satu film lain yang juga diajukan, yaitu “Otentik Itu Perlu Waktu,” meraih Silver Prize Tourism Products.

Saat menerima empat anugrah itu di Kuil Shinto Izukanda di pinggir Danau Biwa, Kyoto, Konjen RI di Osaka Diana Emilia Sari Sutikno mengatakan penghargaan ini merupakan momentum penting bagi kebangkitan pariwisata Indonesia.

“Dalam tiga tahun terakhir banyak yang telah dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia untuk kembali menerima kunjungan wisatawan ke Indonesia,” ujarnya seraya mengundang seluruh peserta festival dan hadirin untuk datang ke Indonesia.

Ada 1.286 film pariwisata dari 105 negara dan berbagai wilayah yang ikut dalam kompetisi yang diselenggarakan JWTFF bekerjasama dengan Wakayama University dan International Committee of Tourism Film Festival CIFFT. Festival Film Pariwisata ini dibagi dalam tiga kategori utama yaitu: Japan Competition, International Competition dan Grand Prix.

Dengan kemenangan kedua film pariwisata itu, terutama “Jiwa Jagad Jawi” yang meraih penghargaan tertinggi International Grand Prix, akan berhak mengikuti berbagai festival lain di bawah jaringan CIFFT tahun ini. [em/es]